Transisi dari Globalisasi ke Digitalisasi Sedang Terjadi
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), menyatakan bahwa saat ini dunia sedang memasuki masa peralihan dari era globalisasi menuju era digitalisasi. Transisi ini terjadi tidak hanya di negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Cina, tetapi juga di negara berkembang termasuk Indonesia.
Ciri-ciri Transisi
Ada empat ciri utama yang menunjukkan peralihan era ini. Pertama, semakin banyak negara yang lebih mengandalkan sumber daya internal dalam perdagangan internasional. Hal ini dipicu oleh perang dagang antara AS dengan Cina, serta antara AS dengan Eropa.
Perry menjelaskan bahwa pada era globalisasi, dunia mendukung perdagangan internasional karena dianggap mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi berbagai negara. Pemerintah dan pelaku usaha mendorong perdagangan internasional yang terbuka dan bebas. Namun, kini situasinya berbeda. Ketegangan perdagangan hanya membawa dampak negatif bagi negara yang terlibat dan negara lain. Hal ini juga pernah diingatkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan International Monetary Fund (IMF) di Bali, di mana ia menggambarkan kondisi tersebut seperti dalam film Game of Thrones.
Ciri kedua adalah arus modal antar negara yang semakin tidak stabil atau rapuh. Perry mengatakan, akibatnya, nilai tukar menjadi lebih rentan terhadap berbagai risiko, baik dari sisi makroekonomi maupun regulasi dan kondisi politik suatu negara.
Ciri ketiga adalah perubahan kebijakan bank sentral yang kini tidak hanya mengandalkan suku bunga. Khususnya di negara maju, kebijakan ini bertujuan untuk mencapai stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih efektif. Perry mencatat bahwa beberapa negara maju telah menerapkan kebijakan kuantitatif untuk menjaga stabilitas nilai tukar, mengatur jumlah uang beredar, dan makroprudensial.
Implikasi dari Akar Masalah – Transisi dari Globalisasi ke Digitalisasi Sedang Terjadi
Peralihan dari era globalisasi ke digitalisasi membawa sejumlah implikasi penting. Misalnya, ketergantungan pada perdagangan internasional yang menurun bisa mengarah pada peningkatan proteksionisme. Negara-negara mungkin mulai lebih fokus pada pengembangan industri lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor. Ini dapat mengubah dinamika perdagangan global dan berpotensi mengurangi volume perdagangan internasional.
Selain itu, volatilitas arus modal dan nilai tukar yang meningkat bisa menyebabkan ketidakstabilan ekonomi. Negara-negara perlu memperkuat fondasi ekonomi mereka dan memperbaiki kerangka regulasi untuk menghadapi tantangan ini. Di sisi lain, kebijakan bank sentral yang lebih beragam memberikan fleksibilitas lebih besar dalam mengatasi masalah ekonomi yang kompleks. Namun, ini juga menuntut kemampuan analisis dan pemantauan yang lebih cermat dari otoritas moneter.
Peluang dari Digitalisasi
Digitalisasi membuka peluang besar bagi perkembangan ekonomi dan inovasi. Perusahaan rintisan di bidang e-commerce, misalnya, dapat meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas pasar. Mereka menawarkan platform yang memungkinkan bisnis kecil dan menengah untuk menjangkau pasar yang lebih luas tanpa perlu investasi besar dalam infrastruktur fisik.
Di sektor keuangan, perusahaan tekfin menghadirkan solusi inovatif yang memudahkan akses ke layanan keuangan. Mereka dapat menawarkan layanan yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih inklusif dibandingkan lembaga keuangan tradisional. Ini sangat penting untuk meningkatkan inklusi keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama di negara berkembang.
Tekfin juga memainkan peran kunci dalam transformasi digital sektor keuangan. Mereka menghadirkan produk dan layanan baru yang memenuhi kebutuhan konsumen modern. Misalnya, layanan pembayaran digital, pinjaman peer-to-peer, dan investasi online semakin populer. Ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat merubah cara kita mengelola dan menggunakan uang.
Tantangan dan Solusi
Namun, transisi ini juga menghadirkan tantangan baru. Misalnya, ketidaksetaraan digital bisa menjadi masalah serius. Negara-negara dan individu yang tidak memiliki akses ke teknologi modern bisa tertinggal dalam perkembangan ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa infrastruktur digital tersedia secara merata dan mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat.
Selain itu, keamanan siber menjadi perhatian utama. Dengan semakin banyaknya transaksi dan data yang diproses secara digital, risiko kebocoran data dan serangan siber meningkat. Perusahaan dan pemerintah harus berinvestasi dalam teknologi keamanan dan mengembangkan kebijakan yang kuat untuk melindungi data dan privasi pengguna.
Kesimpulan
Peralihan dari era globalisasi ke digitalisasi adalah fenomena yang kompleks dengan implikasi luas. Meskipun membawa tantangan, transisi ini juga membuka peluang besar bagi inovasi dan perkembangan ekonomi. Negara-negara perlu bersiap untuk menghadapi tantangan ini dan memanfaatkan peluang yang ada dengan kebijakan yang tepat dan inovatif.
Dengan memahami ciri-ciri transisi ini dan mengantisipasi dampaknya, kita dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa peralihan ini membawa manfaat maksimal bagi semua pihak. Digitalisasi adalah masa depan, dan kita harus siap untuk menyambutnya dengan tangan terbuka dan pikiran terbuka.