Tantangan dan Masa Depan Jurnalisme Berkualitas

Tantangan dan Masa Depan Jurnalisme Berkualitas
Transformasi digital telah memaksa industri media untuk terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Mantan Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo, mengungkapkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, lanskap media telah berubah secara drastis. Media cetak mulai berkurang, jurnalisme radio hampir punah, dan televisi sekarang hanya memiliki porsi berita yang kecil, sementara media online dan konten media sosial semakin mendominasi.

Transformasi Media Cetak
Hampir semua media saat ini berbasis online. Media cetak, jika masih ada, bukan lagi menjadi pilihan utama. Yosep menyebutkan bahwa media seperti Kompas semakin merugi ketika semakin banyak mencetak edisi fisik. Akibatnya, sebagian besar media cetak kini hanya bisa diakses melalui langganan atau versi digital. Tren ini menunjukkan bahwa bisnis media cetak mulai kehilangan relevansi dan daya tariknya.

Meniru Kesuksesan Financial Times – Tantangan dan Masa Depan Jurnalisme Berkualitas

Yosep juga menyoroti transformasi yang dilakukan oleh Financial Times, sebuah surat kabar bisnis di Inggris. Mereka berhasil bertahan dengan mengubah konten digitalnya dan membedakan akses berdasarkan klasifikasi seperti emerald, gold, dan silver. Dengan strategi ini, mereka mampu menawarkan data yang lengkap dan berharga bagi pembacanya, yang belum bisa ditiru oleh media di Indonesia.

Masa Depan Jurnalisme
Yosep percaya bahwa masa depan jurnalisme akan beralih pada konten yang lebih tersegmentasi dan mendalam, yang mampu menjadi “clearing house” atau penjernih informasi di tengah maraknya berita di media sosial. Jika media tidak berubah dan hanya mengikuti tren yang dikendalikan oleh algoritma Google, mereka akan ditinggalkan oleh pembaca. Generasi pembaca saat ini dan mendatang tidak lagi terkoneksi dengan media cetak, sehingga media harus beradaptasi untuk tetap relevan.

Dukungan Pemerintah dan Tantangan dari Platform Besar

Yosep juga mengharapkan dukungan dari pemerintah untuk melindungi dan memastikan keberlangsungan jurnalisme sebagai bagian dari demokrasi. Di sisi lain, Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), Janoe Arijanto, menambahkan bahwa media saat ini sangat tergantung pada tren dari platform besar seperti Google dan Meta. Ketergantungan ini menggerus idealisme media dan menghilangkan kreativitas, serta membuat kedekatan dengan pembaca semakin menipis.

Dampak Ketergantungan pada Algoritma
Ketergantungan pada algoritma menyebabkan kesamaan berita di mana-mana, sehingga tidak ada karakter yang kuat dan pembeda antara media satu dengan lainnya. Akibatnya, berita menjadi generik dan tidak memberikan pilihan yang variatif bagi pembaca. Konten yang disajikan hanya mengikuti tren dan bersifat dangkal, yang membuat berita cepat hilang dan dilupakan.

Kesimpulan
Transformasi media memang tidak terhindarkan di era digital ini. Media harus terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan perubahan perilaku pembaca. Jurnalisme berkualitas harus terus dipertahankan dengan mengedepankan konten yang mendalam, tersegmentasi, dan relevan bagi pembaca. Selain itu, dukungan dari pemerintah dan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada algoritma platform besar juga diperlukan untuk menjaga keberlanjutan dan kualitas jurnalisme di masa depan.

Dengan demikian, meskipun transformasi media terus berubah, jurnalisme berkualitas harus tetap bertahan dan beradaptasi agar tetap relevan dan memberikan nilai bagi masyarakat.